MAKALAH KELOMPOK
“KETERAMPILAN MENGELOLA KELAS”
(Sebagai salah satu syarat untuk mengikuti mata kuliah Kemampuan Dasar Mengajar)
“KETERAMPILAN MENGELOLA KELAS”
(Sebagai salah satu syarat untuk mengikuti mata kuliah Kemampuan Dasar Mengajar)
Pengampu Mata Kuliah: Yasmika Baihaki M.pd

Oleh:
Kelompok 2
Kelompok 2
1. Nanda Habib Firdaus NPM. 12340020
2. Ridho Mela Prasesti NPM. 12340024
3. Setia Rahayu NPM. 12340029
4. Tiara Liza NPM. 12340031
5. Muhammad Rizky NPM. 12340045
6. Zhera Risma Dara NPM. 12340054
7. Ika Susanti NPM. 13340001P
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH METRO
2014
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH METRO
2014
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Penulis panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat, hidayah dan inayah-Nya,sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Kemampuan Dasar Mengajar yang Berjudul “Keterampilan Mengelola Kelas” ini sesuai pada waktunya.
Penulis mengucapkan terimakasih banyak kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan, terutama kepada Bpk. Yasmika Baihaki M.Pd Selaku dosen pengampu Mata Kuliah Kemampuan Dasar Mengajar. Sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan sebaik-sebaiknya. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada :
- Allah S.W.T atas karunia-Nya yang dilimpahkan kepada kami.
- Bpk. Yasmika Baihaki M.Pd selaku dosen mata kuliah Kemampuan Dasar Mengajar
- Orang tua dan keluarga yang telah memberikan moral dan material.
- Semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini yang tidak dapat di sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa dalam makalah ini masih terdapat berbagai macam kesalahan dan belum sepenuhnya sempurna. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak untuk perbaikan dan penyempurnaan dalam penyusunan berikutnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Metro, 10 Maret 2014
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Pada dasarnya sekolah adalah wadah yang menampung para peserta didik untuk memperoleh ilmu pengetahuan dan keterampilan dalam menghadapi tantangan dunia luar yang akan dihadapi nantinya. Namun, sekolah kini tidak hanya menjadi tempat belajar ilmu pengetahuan dan keterampilan, namun juga pembentukan karakter, sedangkan tugas seorang guru adalah membelajarkan siswa dengan menyelidiki kondisi belajar yang optimal dapat dicapai oleh peserta didik itu sendiri.
Jika guru mampu mengatur peserta didik dan sasaran pembelajaran serta mengendalikannya dalam suasana yang menyenangkan, Maka tujuan pembelajaran akan tercapai. Pengaturan tersebut berkaitan dengan penyampaian pesan penngajaran (instruksional) ataupun penyediaan kondisi belajar (pengelolaan kelas). Bila pengaturan kondisi dapat dikerjakan secara optimal, maka proses belajar akan berlangsung secara optimal. Tetapi bila tidak dapat disediakan secara optimal, tentu saja akan menimbulkan gangguan terhadap belajar mengajar.
Kondisi belajar yang optimal dicapai jika guru mampu mengatur siswa dan sarana pengajaran serta mengendalikanya dalam situasi yang menyenangkan untuk mencapai tujuan pelajaran. Akan tetapi apabila terdapat kekurang serasian antara tugas, sarana (alat) atau terputusnya keinginan peserta didik dengan keinginan guru serta terputusnya antara kebutuhan dan pemenuhanya maka akan terjadi gangguan terhadap proses belajar mengajar, baik gangguan sifat sementara maupun sifat yang serius atau terus menerus.
Gangguan dapat berifat sementara sehingga perlu dikembalikan ke dalam iklim belajar yang serasi (kemampuan kedisiplinan), akan tetapi gangguan dapat pula bersifat cukup serius dan terus menerus sehingga diperlukan kemampuan meremedial.
1.2 PERMASALAHAN
Adapun permasalahan yang melatarbelakangi pembuatan makalah ini adalah:
1. Apakah pengertian dari keterampilan mengelola kelas?
2. Apa saja komponen-komponen keterampilan mengelola kelas?
3. Apakah tujuan dari keterampilan mengelola kelas?
4. Apa sajakah prinsip keterampilan mengelola kelas?
5. Apa sajakah hal-hal yang harus dihindari dalam mengelola kelas?
1.3 TUJUAN
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah:
1. Mengetahui pengertian keterampilan pengelolaan kelas.
2. Mengetahui komponen-komponen keterampilan pengelolaan kelas.
3. Mengetahui tujuan keterampilan pengelolaan kelas.
4. Mengetahui prinsip keterampilan pengelolaan kelas.
5. Mengetahui hal-hal yang harus dihindari dalam mengelola kelas.
1.4 SISTEMATIKA MAKALAH
Adapun penulisan makalah ini ditulis dengan sistem sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN, bab pendahuluan menguraikan hal-hal yang berkaitan dengan latar belakang, tujuan penulisan makalah, dan sistematikan makalah.
BAB II PEMBAHASAN, dalam bab pembahasan ini menjelaskan teori-teori atau kajian yang berkaitan dengan “Keterampilan Mengelola Kelas” yang mencakup Pengertian, Tujuan, Komponen-komponen, Prinsip, dan Hal-hal yang harus dihindari dalam Keterampilan Mengelola Kelas.
BAB IV PENUTUP, Sedangkan bab penutup menguraikan tentang kesimpulan dari makalah secara keseluruhan.
BAB II
PEMBAHASAN
KETERAMPILAN MENGELOLA KELAS
PEMBAHASAN
KETERAMPILAN MENGELOLA KELAS
2.1 PENGERTIAN
Menurut Nurhadi (1983: 163) Keterampilan Mengelola Kelas merupakan suatu upaya untuk menciptakan dan mempertahankan suasana yang diliputi oleh motivasi siswa yang tinggi dapat dilakukan secara preventif maupun secara kuratif.
Sedangkan menurut Weber (1977), Pengelolaan Kelas (classroom management) berdasarkan pendekatannya diklasifikasikan kedalam tiga pengertian, yaitu berdasarkan Pendekatan Otoriter (authority approach), Pendekatan Permisif (permissive approach) dan Pendekatan Modifikasi Tingkah Laku.
Pertama, berdasarkan Pendekatan Otoriter (authority approach) Pengelolaan Kelas adalah kegiatan guru untuk mengontrol tingkah laku siswa, guru berperan menciptakan dan memelihara aturan kelas melalui penerapan disiplin secara ketat (weber).
Kedua, Pendekatan Permisif (permissive approach) mengartikan bahwa Pengelolaan Kelas adalah upaya yang dilakukan oleh guru untuk memberi kebebasan kepada siswa untuk melakukan berbagai aktifitas sesuai dengan yang mereka inginkan. Dan fungsi guru adalah bagaimana menciptakan kondisi siswa merasa aman untuk melakukan aktifitas di dalam kelas.
Ketiga, Pendekatan Modifikasi Tingkah Laku. Pendekatan ini didasarkan pada pengelolaan kelas merupakan proses perubahan tingkah laku, jadi pengelolaan kelas merupakan upaya untuk mengembangkan dan memfasilitasi perubahan prilaku yang bersifat positif dari siswa dan dan berusaha semaksimal mungkin mencegah munculnya atau memperbaiki prilaku negative yang dilakukan oleh siswa.
Berdasarkan pendapat para ahli tersebut maka dapat disimpulkan bahwa Keterampilan Mengelola Kelasmerupakan keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan megembalikan ke kondisi optimal jika terjadi gangguan, baik dengan cara mendisiplinkan ataupun melakukan kegiatan remedial.
Kegiatan-kegiatan untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi yang kondusif bagi terjadinya proses pembelajaran ini misalnya menghentikan tingkah laku siswa yang membuat perhatian kelas teralihkan, memberikan ganjaran kepada peserta didik yang telah melakukan tugasnya dengan baik, atau menetapkan norma kelompok yang harus ditaati bersama. Pengelolaan kelas merupakan prasyarat mutlak bagi terjadinya proses pembelajaran yang efektif dengan cara menciptakan situasi yang kondusif.
Suatu kondisi belajar yang kondusif dapat tercapai jika guru mengatur peserta didik dan sarana pengajaran serta mengendalikannya dalam suasana yang menyenangkan untuk mencapai tujuan pengajaran, serta hubungan interpersonal yang baik antara guru dan peserta didik, peserta didik dengan peserta didik.
2.2 KOMPONEN KETERAMPILAN MENGELOLA KELAS
Menurut Nurhadi (1983: 163) Keterampilan Mengelola Kelas (Class Management) dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
a. Pengelolaan Kelas Yang Bersifat Preventif
Dikatakan secara preventif apabila upaya yang dilakukan atas dasar inisiatif guru untuk menciptakan suatu kondisi dari kondisi masa menjadi interaksi pendidikan dengan jalan menciptakan kondisi baru yang menguntungkan bagi proses belajar mengajar.
Pengelolaan kelas yang preventif ini dapat berupa tindakan, contoh atau pemberian informasi yang dapat diberikan kepada siswa sehingga akan berkembang motivasi yang tinggi, atau agar motivasi yang sudah baik itu tidak dinodai oleh tindakan siswa yang menyimpang sehingga mengganggu proses belajar mengajar di kelas.
Suatu kondisi belajar yang optimal dapat tercapai jika guru mampu mengatur anak didik dan sarana pengajaran serta mengendalikannya dalam suasana yang menyenangkan untuk mencegah terjadinya penyimpangan tingkah laku dari anak didik dan mencapai tujuan pengajaran. Maka dari itu, hendaknya guru mengetahui langkah-langkah preventif (pemeliharaan kondisi belajar) dalam pengelolaan kelas. Prosedur pengelolaan kelas secara preventif meliputi:
1. Peningkatan Kesadaran Guru Sebagai Seorang Pendidik
Dalam kedudukannya sebagai seorang pendidik, guru harus sadar bahwa dirinya memiliki rasa “handharbeni” (rasa peduli terhadap kelas dengan segala isinya) dan bertanggung jawab terhadap proses kegiatan belajar mengajar. Guru menyadari kebutuhan anak didik dan memiliki kemampuan dalam memberi petunjuk secara jelas kepada anak didik demi kemajuan mereka dalam belajarnya.
Perwujudan dari kesadaran akan rasa “handharbeni” dan tanggung jawab itu akan nampak dalam bentuk kesatuan dari empat unsur, yaitu upaya mengubah tingkah laku, upaya mewujudkan suasana pendidikan yang mendukung, rasa cinta kasih, dan pegangan norma yang baku.nSebagai seorang pendidik, guru berkewajiban mengubah pergaulannya dengan siswa sehingga pergaulan itu tidak hanya berupa interaksi biasa tetapi merupakan interaksi pendidikan.
Agar interaksi itu bersifat sebagai interaksi pendidikan, maka seorang guru harus dapat mewujudkan suasana yang kondusif yang mengundang siswa untuk masuk berperan serta dalam proses pendidikan.
2. Peningkatan Kesadaran Siswa
Apabila kesadaran diri guru sebagai seorang pendidik sudah ditingkatkan, langkah kedua kemudian berusaha meningkatkan kesadaran siswa akan kedudukan dirinya dalam proses pendidikan.
Sebagai seorang siswa kadang-kadang tidak sadar akan kedudukannya dalam organisasi di sekolah. Oleh sebab itu menjadi langkah yang kedua yang harus dilakukan seorang guru adalah meningkatkan kesadaran siswa akan dirinya terutama tentang perimbangan antara hak dan kewajibannya. Dengan menyadari akan hak dan kewajiban tersebut diharapkan siswa akan mengendalikan dirinya dari tindakan dan tingkah laku yang menyimpang yang akan mencemari suasana pendidikan.
Upaya penyadaran ini adalah tanggung jawab setiap guru, karena dengan kesadaran siswa yang tinggi akan peranannya sebagai anggota masyarakat sekolah, akan menimbulkan suasana yang mendukung untuk melakukan proses belajar mengajar.
3. Penampilan Sikap Guru
Setelah kesadaran fungsi seorang pendidik, dan kesadaran siswa akan kedudukan dirinya di sekolah ditingkatkan maka upaya penciptaan suasana yang mendukung proses pendidikan harus dilakukan dengan inisiatif. Inisiatif guru itu diwujudkan dalam interaksinya dengan siswa-siswa yang dilambari dengan sikap tulus dan hangat.
Sikap tulus adalah sikap seorang seorang guru dalam menghadapi siswa secara terus terang tanpa pura-pura, tapi diikuti dengan rasa ikhlas dalam setiap tindakannya demi kepentingan perkembangan dan pertumbuhan siswa sebagai si terdidik.
Sedangkan yang dimaksud dengan hangat adalah keadaan pergaulan guru kepada siswa dalam proses belajar mengajar yang menunjukkan suasana keakraban dan keterbukaan dalam batas peran dan kedudukannya masing-masing sebagai anggota masyarakat sekolah.
4. Pengenalan Terhadap Tingkah Laku Siswa
Seorang guru hendaknya mengenal tingkah laku siswa, pengenalan akan tingkah laku ini dalam kaitannya dengan pengelolaan kelas. Tingkah laku siswa yang harus dikenal adalah tingkah laku baik yang mendukung maupun yang dapat mencemarkan suasana yang diperlukan untuk terjadinya proses pendidikan, tingkah laku tersebut dapat bersifat perseorangan ataupun kelompok.
5. Penemuan Alternatif Pengelolaan Kelas
Setelah seorang guru dapat menyelidiki berbagai tingkah laku siswa, baik yang mendukung maupun yang mencemarkan suasana pendidikan, maka selanjutnya berusaha menetapkan alternatif pengelolaan kelas yang akan dilakukan.
Upaya pengelolaan itu diarahkan untuk mempertahankan dan menghidupkan tingkah laku siswa yang mendukung suasana pendidikan, tentunya akan berbeda dengan upaya pengelolaan kelas yang diarahkan untuk mencegah timbulnya tingkah laku yang akan mencemarkan suasana pendidikan itu.
6. Pembuatan Kontrak Sosial
Pembuatan Kontrak Sosial merupakan upaya pengelolaan kelas bertujuan mengat tingkah laku dengan menggunakan norma atau nilai. Norma atau nilai itu diharapkan akan menjadi landasan tindakan yang akan berfungsi untuk mempertahankan kehadiran tingkah laku siswa yang mendukung maupun untuk mencegah tingkah laku sosial, pada hakikatnya adalah norma yang dituangkan dalam bentuk peraturan atau tata tertib kelas baik tertulis maupun tidak tertulis, yang berfungsi sebagai standar tingkah laku bagi siswa sebagai individu maupun sebagai kelompok.
Kontrak sosial yang baik adalah yang benar-benar dihayati atau dipatuhi sehingga meminimalkan terjadinya pelanggaran. Untuk mencapai hal tersebut, kebiasaan membuat peraturan atau tata tertib dari atas nampaknya tidak menguntungkan. Oleh sebab itu, perlu dipertimbangkan tentang proses terjadinya kontrak sosial. Kontrak sosial yang mempunyai nilai peringkat pada umumnya yang dibuat dan dilahirkan oleh individu-individu anggota masyarakat itu sendiri.
Dengan kata lain kontrak sosial yang dipergunakan dalam upaya pengelolaan kelas hendaknya disusun oleh siwa sendiri dengan pengarahan dan bimbingan pendidik (Nurhadi, 1983: 165-169).
7. Menunjukkan Sikap Tanggap
Menggambarkan tingkah laku guru yang tampak pada siswa, bahwa guru sadar dan tanggap terhadap perhatian keterlibatan, masalah dan ketidak acuan mereka. Dengan adanya sikap ini siswa merasa guru hadir ditengah mereka. Kesan ketanggapan ini dapat ditunjukkan dengan berbagai cara seperti berikut.
a. Memandang Secara Saksama
b. Memberikan Pernyataan
c. Gerak Mendekati
d. Memberikan Reaksi Terhadap Gangguan Dan Ketakacuan Siswa
8. Membagi Perhatian
Pengelolaan kelas yang efektif terjadi apabila guru membagi perhatian kepada beberapa kegiatan yang berlangsung dalam waktu yang sama. Hal ini dapat dilaksanakan dengan cara sebagai berikut :
a. Visual
Hal ini mennjukkan perhatian terhadap sekelompok siswa atau individu namun tidak kehilangan keterlibatannya dengan kelompok siswa atau individu. Keterampilan ini digunakan untuk memonitor kegiatan kelompok atau individu, mengadakan koreksi kegiatan siswa, memberi komentar atau memberi reaksi terhadap siswa yang mengganggu.
b. Verbal
Guru dapat memberikan komentar, penjelasan, pernyataan, dan sebagainya terhadap aktivitas seorang siswa sementara ia memimpin kegiatan siswa yang lain.
Penggunaan teknik visual maupun verbal menunjukkan bahwa guru menguasai kelas.
9. Memberi Penguatan
Komponen ini digunakan untuk mengatasi siswa yang tidak mau terlibat dalam kegiatan pembelajaran atau menggangu temanya.
b. Pengelolaan Kelas Yang Bersifat Kuratif
Pengelolaan kelas secara kuratif adalah pengelolaan kelas yang dilaksanakan karena terjadi penyimpangan pada tingkah laku siswa sehingga mengganggu jalannya proses belajar mengajar.
Dalam hal ini kegiatan pengelolaan kelas akan berusaha menghentikan tingkah laku yang menyimpang tersebut dan kemudian mengarahkan terciptanya tingkah laku siswa yang mendukung terselenggaranya proses belajar mengajar dengan baik (Nurhadi, 1983: 163).
Adapun prosedur pengelolaan kelas secara kuratif akan meliputi langkah-langkah sebagai berikut:
1. Identifikasi Masalah
Memahami dan menyelidiki penyimpangan tingkah laku siswa yang dapat mengganggu proses kelancaran pendidikan di kelas merupakan langkah awal dalam pengelolaan kelas secara kuratif. Upaya penyelidikan terhadap tingkah laku dapat dalam arti apakah termasuk tingkah laku yang berdampak motif secara luas atau tidak, ataukah penyimpangan tingkah laku itu bersifat sesaat saja atau sering dilakukan, ataukah sekedar kebiasaan siswa.
2. Analisa Masalah
Dengan hasil penyelidikan yang mendalam, seorang guru dapat melanjutkan pada langkah ini yaitu suatu kegiatan yang berusaha mengetahui latar balakang serta sebab-sebab timbulnya tingkah laku yang menyimpang tersebut. Dengan cara yang demikian akan dapat ditemukan sumber masalah yang sebenarnya, upaya untuk mengatasinya dapat dilakukan dengan baik.
Jadi, dengan guru mengetahui tingkah laku anak didik yang menyimpang itu, maka guru dapat menganalisanya dan berusaha menemukan pemecahannya dengan menggunakan berbagai pendekatan pemecahan masalah. Misalnya, memberikan perhatian yang lebih, memberikan pengarahan atau nasehat dan lain sebagainya.
3. Penetapan Alternative Pemecahan Masalah
Setelah mengetahui sumber masalahnya, seorang guru dapat mencoba mengkaji berbagai alternatif pemecahan untuk mengatasi masalah-masalah tersebut. Untuk dapat memperoleh alternatif-alternatif pemecahan itu, maka ia hendaknya mengetahui berbagai pendekatan yang dapat dipergunakan dalam pengelolaan kelas dan juga memahami cara-cara untuk mengatasi setiap masalah sesuai dengan pendekatan masing-masing.
Dengan membandingkan berbagai alternatif pendekatan yang mungkin dapat dipergunakan, seorang guru dapat memilih alternatif yang terbaik untuk mengatasi masalah itu pada suatu situasi yang dihadapinya. Dengan terpilihnya salah satu pendekatan, maka cara-cara mengatasi masalah tersebut juga akan dapat ditetapkan. Dengan demikian pelaksanaan pengelolaan kelas yang berfungsi untuk mengatasi masalah tersebut dapat dilakukan.
4. Monitoring
Setelah kegiatan mengatasi masalah pengelolaan kelas itu dilaksanakan, tidak dibiarkan saja, tetapi perlu dimonitor akibat-akibat yang terjadi karena perlakuan dalam mengatasi masalah tersebut. Hal ini diperlukan karena akibat perlakuan guru itu dapat saja mengenai sasaran, yaitu meniadakan tingkah laku siswa yang menyimpang itu, tetapi dapat pula tidak berakibat apa-apa atau bahkan mungkin menimbulkan tingkah laku menyimpang, berikutnya yang justru lebih jauh menyimpangnya.
Langkah monitoring pada hakekatnya ditujukan untuk mengkaji akibat- akibat yang terjadi tersebut.
5. Memanfaatkan Umpan Balik
Hasil dari kegiatan monitoring itu sebenarnya merupakan umpan balik terbaik guru yang sangat berharga, karena dengan ini ia dapat mengkaji kembali apakah alternatif tindakan yang telah dilakukan itu tepat atau tidak, atau masih perlu disempurnakan.
Hasil monitoring itu hendaknya dimanfaatkan secara konstruktif, yaitu dengan cara mempergunakannya untuk:
1. Memperbaiki pengambilan alternatif yang pernah ditetapkan bila kelak menghadapi masalah yang sama pada situasi yang sama.
2. Dasar dalam melakukan kegiatan pengelolaan kelas berikutnya sebagai tindak lanjut dari kegiatan pengelolaan kelas yang sudah dilakukan sebelumnya (Nurhadi, 1983: 169-171).
2.3 TUJUAN PENGGUNAAN KETERAMPILAN MENGELOLA KELAS
Dalam penggunaan keterampilan mengelola kelas, terdapat beberapa tujuan yang mendasar, baik untuk peserta didik ataupun untuk guru. Tujuan-tujuan yang dimaksud adalah sebagai berikut :
a. Tujuan Untuk Siswa
Keterampilan mengelola kelas untuk siswa bermaksud:
1. Mendorong siswa mengembangkan tanggung jawab individu terhadap tingkah lakunya serta sadar untuk mengendalikan dirinya.
2. Membantu siswa mengerti akan arah tingkah laku yang sesuai dengan tata tertib kelas, dan melihat atau merasakan teguran guru sebagai suatu peringatan dan bukan kemarahan.
3. Menimbulkan rasa berkewajiban melibatkan diri dalam tugas serta bertingkah laku yang wajar sesuai dengan aktivitas-aktivitas kelas.
b. Tujuan Untuk Guru:
Bagi guru, tujuan keterampilan mengelola kelas adalah untuk melatih keterampilannya dalam:
1. Mengembangkan pengertian dan keterampilan dalam memelihara kelancaran penyajian dan langkah-langkah pelajaran secara tepat dan baik.
2. Memiliki kesadaran terhadap kebutuhan siswa dan mengembangkan kompetensinya di dalam memberikan pengarahan yang jelas kepada siswa.
3. Memberikan respon secara efektif terhadap tingkah laku yang menimbulkan gangguan-gangguan kecil atau ringan serta memahami dan menguasai seperangkat kemungkinan strategi yang dapat digunakan dalam hubungan dengan masalah tingkah laku siswa yang berlebih-lebihan atau terus menerus melawan di kelas.
2.4 PRINSIP KETERAMPILAN MENGELOLA KELAS
1. Kehangatan dan Keantusiasan
Kehangatan dan keantusiasan guru dapat memudahkan terciptanya iklim kelas yang menyenangkan yang merupakan salah satu syarat bagi kegiatan belajar-mengajar yang optimal.
Guru yang bersifat hangat dan akrab secara ajek menunjukkan antusiasmenya terhadap tugas-tugas, terhadap kegiatan-kegiatan, atau terhadap siswanya akan lebih mudah pula melaksanakan komponen keterampilan tersebut secara berhasil.
2. Tantangan
Penggunaan kata-kata, tindakan, atau bahan yang menantang akan meninkatkan gairah siswa untuk belajar sehingga mengurangi kemungkinan terjadinya tingkah yang menyimpang. Perhatian dan minat siswa akan terpelihara dengan kegiatan guru tersebut.
3. Bervariasi
Pengunaan variasi dalam media, gaya, dan interaksi mengajar-belajar merupakan kunci pengelolaan kelas untuk menghindari kejenuhan serta pengulangan-pengulangan aktivitas yang menyebabkan menurunnya kegiatan belajar dan tingkah laku positif siswa.
Jika terdapat berbagai variasi maka proses menjadi jenuh akan berkurang dan siswa akan cenderung meningkatkan keterlibatannya dalam tugas dan tidak akan mengganggu kawannya.
4. Keluwesan
Dalam proses belajar mengajar guru harus waspada mengamati jalannya proses kegiatan tersebut. Termasuk kemungkinan munculnya gangguan siswa. Sehingga diperlukan keluwesan tingkah laku guru untuk dapat merubah berbagai strategi mengajar dengan memanipulasi berbagai komponen keterampilan yang lain.
5. Penekanan Pada Hal-Hal Positif
Pada dasarnya didalam mengajar dan mendidik guru harus menekankan kepada hal-hal yang positif dan sedapat mungkin menghindari pemusatan perhatian siswa pada hal-hal yang negatif.
Cara guru memelihara suasana yang positif antara lain:
a. Memberikan aksentuasi terhadap tingkah laku siswa yang positif dan menghindari ocehan atau celaan atau tingkah laku yang kurang wajar.
b. Memberikan penguatan terhadap tingkah laku siswa yang positif.
6. Penanaman disiplin diri
Kegiatan ini merupakan tujuan akhir pengelolaan kelas. Untuk mencapainya guru harus selalu mendorong siswa untuk melaksanakan disiplin diri sendiri. Hal ini akan lebih berhasil jika guru sendiri yang menjadi contoh.
2.5 HAL-HAL YANG HARUS DIHINDARI
Dalam usaha mengelola kelas secara efektif ada sejumlah kekeliruan yang harus dihindari oleh guru, yaitu sebagai berikut.
1. Campur Tangan Yang Berlebih (Teachers Instruction)
Apabila guru menyela kegiatan yang sedang asyik berlangsung dengan komentar, pertanyaan, atau petunjuk yang mendadak, kegiatan itu akan terganggu atau terputus. Hal ini akan memberi kesan kepada siswa bahwa guru tidak memperhatikan keterlibatan dan kebutuhan anak. Ia hanya ingin memuaskan kehendak sendiri.
2. Kelenyapan (Fade Away)
Hal ini terjadi jika guru gagal secara tepat melengkapi suatu instruksi, penjelasan, petunjuk, atau komentar, dan kemudian menghentikan penjelasan atau sajian tanpa alasan yang jelas. Juga dapat terjadi dalam bentuk waktu diam yang terlalu lama, kehilangan akal, atau melupakan langkah-langkah dalam pelajaran.
Akibatnya ialah membiarkan pikiran siswa mengawang-awang, melantur, dan mengganggu keefektifan serta kelancaran pelajaran.
3. Ketidaktepatan Memulai Dan Mengakhiri Kegiatan (Stops And Stars)
Hal ini dapat terjadi bila guru memulai suatu aktivitas tanpa mengetahui aktivitas sebelumnya menghentikan kegiatan pertama, memulai yang kedua, kemudian kembali kepada kegiatan yang pertama lagi.
Dengan demikian guru tidak dapat mengendalikan situasi kelas dan akhirnya mengganggu kelancaran kegiatan belajar siswa.
4. Penyimpangan (Digression)
Akibat guru terlalu asyik dalam suatu kegiatan atau bahkan tertentu memungkinkan ia dapat menyimpang. Penyimpangan tersebut dapat mengganggu kelancaran kegiatan belajar siswa.
5. Bertele-Tele (Overdweiling)
Kesalahan ini terjadi bila pembicaraan guru bersifat mengulang-ulang hal-hal tertentu, memperpanjang keterangan atau penjelasan, mengubah teguran sederhana menjadi pembicaraan atau kupasan yang panjang.
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Dari pembahasan di atas dapat diperoleh simpulan bahwa Keterampilan Mengelola Kelas merupakan keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan megembalikan ke kondisi optimal jika terjadi gangguan, baik dengan cara mendisiplinkan ataupun melakukan kegiatan remedial.
Keterampilan Mengelola Kelas (Class Management) dapat dibedakan menjadi dua yaitu, Pengelolaan kelas yang bersifat preventifdan Pengelolaan kelas yang bersifat kuratif yang memiliki tujuan mendasar baik untuk peserta didik maupun untuk guru yang harus memperhatikan Prinsip-prinsip Pengelolaan kelas yang diantaranya: Kehangatan atau keantusiasan; tantangan; bervariasi; penekanan pada hal positif, keluwesan; dll.
Dalam Keterampilan Mengelola Kelas derdapat beberapa hal yang harus dihindari untuk dilakukan diantaranya; Campur tangan yang berlebih, kelenyapan, keidaktepatan dalam memulai dan mengakhiri, penyimpangan dan bertele-tele.
Thanks for reading & sharing Lenglish
0 comments:
Post a Comment
HI???